Cari Blog Ini
Senin, 30 Januari 2017
ANCAMAN TERORIS TAK PERNAH BERAKHIR
Denpasar. Ancaman terorisme akan terus terjadi dan tidak akan
pernah berakhir. Oleh karena itu aparat keamanan dan masyarakat Bali
harus selalu waspada dengan ancaman tersebut. Pasalnya masih banyak
banyak orang-orang memiliki paham-paham radikalisme, orang-orang yang
ajarannya tidak sesuai budaya dan beradaban Indonesia. Bahkan ajaran
paham-paham tersebut sudah menembus ruang-ruang keluarga melalui media
sosial (medsos).Hal tersebut disampaikan Danrem 163/Wira Satya
(WSA) Kolonel Inf I Nyoman Cantiasa, usai sertijab Dandim 1617/Jembarana
dari Letkol Inf Sansan Iskandar kepada Letkol Kav Hendra Ferdinandus,
Dandim 1626/Bangli dari Letkol Inf Agus Wahyudi Irianto kepada Letkol
Inf Susanto Lastua Manurung. Selain itu juga dilantik Letkol Benny
Rahadiana sebagai Kasi Ops dan Mayor Inf I Gusti Bagus Wisastra sebagai
Kasi Ter Korem 163/WSA, Kamis (1/9).
Menurut Danrem, sertijab merupakan kegiatan biasa yang
dilaksanakan dilingkungan TNI AD dalam rangka penyegaran organisasi,
pembinaan personel dan satuan. Dengan sertijab tersebut diharapkan
mempersiapkan calon-calon pemimpin ke depan. "Serah terima jabatan
atau sertijab ini bukan tiba-tiba jatuh dari langit, tapi mereka
mendapatkan jabatan itu karena prestasi, dedikasi dan kerja keras selama
bertugas di lingkungan TNI AD. Jabatan ini amanah, dihadapan Tuhan
mereka harus mempertanggungjawabkan apa yang bisa dilakukan atau tidak,"
tegas Cantiasa.
Di samping itu, lanjut Cantiasa, jabatan itu ujian. Di kala menjabat sebagai Dandim harus betul-betul melaksanakan tugas dengan baik. Kalau selama menjabat tercela atau melakukan pelanggaran, itu berarti gagal. Jabatan itu juga tantangan. "Kita harapkan bahwa setiap jabatan itu banyak suka dan duka. Kita berharap dengan sertijab ini organisasi di jajaran Kodim dan Korem terus bergerak maju dalam rangka meningkatkan dedikasi dan prestasi kerja mereka," ujarnya.
Mantan Dansat 81/Gultor Kopassus ini mengungkapkan, para Dandim
di jajaran Korem 163/WSA berbeda-beda dan harus disesuaikan dengan
tipelogi wilayahnya masing-masing. Misalnya di Jembrana merupakan titik
atensi karena ada Pelabuhan Gilimanuk , banyak pelabuhan tradisional,
mayoritas masyarakatnya begitu dinamis karena daerah perlintasan dari
Jawa ke Bali. "Sehingga Dandim Jembrana harus punya inovasi di sana,"
tegas perwira ramah ini.
Sementara wilayah Bangli memiliki karakter masyarakat cukup kuat.
Bagaimana Dandim Bangli walau bukan orang Bali asli, tapi harus mampu
beradaptasi, bekerja dan memetakan zona-zona dianggap rawan. "Apa yang
selama ini menjadi insiden, kejadian ataupun frekuensi pelanggaran di
sana dan ancamannya. Harus terus diantisipasi dan membuat solusi dalam
penanganannya," ungkap Danrem yang puluhan tahun tugas di daerah konflik
ini.
Langganan:
Postingan (Atom)